Saturday, October 27, 2012

Ucapkan Assalamualaikum dengan Bahasa Isyarat

Nobody Is perfect ,right? termasuk juga gue yang bisa dibilang termasuk dalam spesies manusia (setengah monyet) ini. setelah gue masuk pendidikan khusus di UNS, hal itu semakin terasa dan mengena dalam diri gue. tiap hari gue dicekokin mata kuliah seputar ke-tuna-an yang nggak ada habisnya sampai gue sadar bahwa tuna itu bukan hanya sekedar suatu jenis ikan yang belum (dan mungkin tidak akan) pernah gue makan dan masuk kekerongkongan gue mengingat harganya yang tidak cocok dengan life style gue (miris) lebih dari itu, selain Ikan tuna, tuna wisma, tuna susila, atau bahkan tuna asmara, ternyata tuna itu masih banyak macamnya yang mungkin akan gue jelaskan dilain waktu (kalau inget). NAH! silahkan merapat dan simak kisah gue yang sebenarnya. ehemmm ehemm....
ini adalah kisah kurang kerjaan gue ketika kuliah agama di hari senin yang membosankan. gue bukannya murtad dan beralih menyembah berhala sehingga nggak memperhatikan dosen agama gue ngajar, tapi bapak yang satu ini memang punya bakat membuat manusia lain tertidur dengan mendengarkan suaranya. jadi untuk menghindari tidur, gue memutuskan untuk menggambar. dengan modal pensil pinjaman dari Ossy dan penghapus nemu dilantai, gue memulai menggambar. ini dia hasilnya 
 Gambar Sketsa iseng-iseng berhadiah

Coba kalian perhatikan apa yang gue gambar. Ada yang tahu? baiklah gue jelaskan (kalo tanya, tanya sendiri. jawab, jawab sendiri gini jadi kayak acara dora the explorer yak) 
yang gue gambar disitu adalah dua orang cewek. ya. dua orang cewek. cewek kiri mengepalkan tangan kanannya dan mengetuk-ngetuknya ke kepala and that means : Assalamualaikum. Sedangkan cewek kanan menujuk tiga jari pada tangan kanannya (jari manis,jari tengah,dan jari telunjuk) lalu mengetuk-ngetuknya ke kepala. artinya adalah waalaikum salam. gerakan-gerakan tersebut nggak lain adalah bahasa isyarat internasional yang gue pelajari setelah beberapa kali browsing di google. gue pikir dengan gambar yang lucu mungkin akan mempermudah semua orang untuk belajar bahasa isyarat. dan kalau diperhatiin, antara cewek kanan dan cewek kiri sengaja gue bedain kostumnya. alasanya biar terlihat lebih universal dengan keberagaman yang mereka miliki (cihuy banget bahasa gua,ckck) semoga gerakan ini bisa dipraktekan yak. dan untuk tindakan gue yang nggak memperhatikan dosen, itu terserah kalian mau niru atau enggak. gue nggak mau jadi munafik, sebagai manusia (setengah monyet) biasa, ada kalanya gue nakal dan liar. tapi tetaplah percaya, bahwa gue juga pernah baik. seenggaknya kalau nemu dompet dijalan pasti gue balikin dompet tersebut (walaupun duitnya gue ambil 10% buat ongkos ojek) Dan maklumilah perilaku gue ini, karena sesungguhnya gue dalam proses peng-iklhlas-an diri karena gue sebenarnya adalah anak desain yang nggak sengaja masuk kuliah keguruan. sekian.

Sunday, October 21, 2012

Apalah Arti Sebuah Nama ?

"What's in a name?"---"Apalah arti sebuah nama?" Adalah quote mendunia dari Pak William Shakespeare yang pasti sudah diketahui oleh berbagai macam kalangan. quote ini sendiri, ditulis oleh Shakespeare dalam dialog antara Romeo dan Juliette dalam rangka membahas masalah percintaan mereka yang gundah gulana penuh kegalauan karena tak direstui pipih dan mimih masing-masing karena latar belakang keluarga mereka yang bermusuhan. begini bunyi dialog lengkap mbak Juliette pada Kang Romeo 

 "What's in a name? Which we call a rose by any other name would smell as sweet"----"Apalah arti sebuah nama? Meskipun kita menyebut mawar dengan nama lain, baunya juga akan tetap harum"

yang kurang lebih maksudnya menurut otak-tuna-grahita-ringan saya adalah  : "Buat apa nama orang bagus-bagus kalo perilakunya bangke? Buat apa nama kita Melati kalo perilaku kita Rafflesia Arnoldy? " 

Saya sih merasa cocok banget sama quote yang satu ini. maklum saja, nama saya kan Opie Meilana. Nama yang kelewat simpel sampai-sampai abang tukang bakso langganan saya saja dapat memanggil nama ini dengan komplit sekomplit semangkuk bakso yang dijualnya. Selain simpel, nama ini juga terkesan tidak bermakna, tidak bermaksud dan tidak terkonsep. Nama yang kalau dicari di buku  "1001 Nama Bayi" pasti tidak bakal ketemu artinya. Pada awal masa per-Sekolahan Dasar saya dimulai, saya sempat dibuat iri dengan teman-teman yang namanya begitu indah,panjang dan bermakna."kereeeeeen" itulah yang terpikir dibenak saya ketika itu. Nama saya yang seumprit seperti nasi yang nempel di kumis Pak RT ini agaknya tidak sebanding dengan semua nama-nama teman-teman saya yang keren dan memukau itu. saya merasa galau,risau,dan minder dengan nama yang saya sandang ini. Lalu saya berlari kearah Bapak "Pak! ganti nama saya jadi Stephany,Pak!" Kata saya menggebu-gebu. Tapi tak ada jawaban yang berarti dari beliau. Lalu saya lari pada Ibu "Ibuuk, ganti nama saya jadi Sandra,buuk!" Beliau pun tak menggubris juga. Bahkan saya sempat berpikir bahwa saya ini anak pungut lalu diberi nama "sekenanya" oleh mereka. namun, setelah saya tanyakan ternyata nama ini punya arti juga! simak saya baik-baik. begini penjelasannya


  • OPIE : Saya diberi nama ini karena nama kakak saya Ommy, harapannya agar kami kompak seperti nama kami berdua (yang ini perlu dipertanyakan lagi) Selain itu nama ini begitu sederhana, harapannya agar saya juga bisa menjadi orang yang simpel, sesimpel kata Opie. Harapan lainnya adalah agar semua orang mudah mengenal saya dan selalu mengingat saya karena kesederhanaan nama ini
  • MEI : Perlukah saya jelaskan yang satu ini? saya pikir tidak.
  • LANA : Diambil dari nama Lana Lang yang merupakan pacar dari tokoh komik  "Superboy" yang booming ketika orang tua saya masih muda dulu. harapannya sih supaya saya bisa cantik secantik mbak Lana Lang ini,heheu


Nah. akhirnya saya lega, walaupun kalau saya jelaskan maknanya pasti ada saja orang yang menertawakan filosofi nama keramat saya ini, setidaknya nama saya punya makna dan juga harapan didalamnya. Percayalah, tidak ada orang tua yang jahat dan semena-mena memberi nama pada anaknya. Didalamnya pasti selalu ada doa meski nama kalian Tukimin sekalipun. Balik lagi "apalah arti sebuah nama?" dalam hidup,manners lebih penting daripada sekedar nama yang panjang dan mentereng.Banyak orang dengan nama bagus yang tak seiring jalan dengan perilakunya yang "semestinya" juga bagus . Di lain hal, memberi nama pada anak dengan digit huruf yang terlalu banyak hanya akan membebani anak ketika ujian spelling dalam pelajaran bahasa inggris dan akan menyusahkan mereka ketika harus membulati lembar jawab ketika ujian nasional. Dan. itu tidak terjadi kepada saya yang berjudul Opie Meilana ini *evil laugh*. Tapi untuk teman-teman yang sudah berkeluarga dan menginginkan nama bayi dengan sarat makna, saya sarankan kunjungi situs ini : klik! lumayan, banyak nama bule disini. tapi sekali lagi, What's in a name? xoxo

 Sumber Referensi : wikipedia,yahoo answer,KBBI

Wednesday, October 10, 2012

Berkunjung ke SLB A dan C

          Sesibuk-sibuknya seorang mahasiswa, paling ribet adalah mahasiswa yang baru tiga bulan kuliah alias mahasiswa semester satu. ada saja kegiatan berlabel wajib yang harus dilakukan, mulai dari ESQ (Emotional Spiritual Quotient),AAI(Asistensi Agama Islam),EAP (English for Academic Purpose)  Dan teman-teman sesukunya. Pikiran nakal saya sempat mengajukan ide untuk tidak mengikuti itu semua demi sebuah tidur siang di kasur empuk, tetapi peri baik yang bersemayam dikanan saya berteriak keras "Kalo lu gak ikut itu semua, mau jadi mahasiswa apaan lu? mahasiswa hanya nama? Udah sono,Capcuss!" Saya pun tertunduk takzim sambil meneteskan sebutir dua butir air mata, meninggalkan My Lovely Kasur. Alhasil,rasa capek pun datang seperti diundang. Dua minggu lalu, sepertinya hari Jumat. Ya, hari Jumat, prodi PKH dijadwalkan untuk mengikuti tes Papikostik (semacam tes IQ) Menurut saya tes ini cocok sekali untuk mahasiswa PKH, karena barangkali ada seorang mahasiswanya yang menyandang tuna grahita (IQ kurang dari rata-rata normal)  terselip diantara kami, sehingga kami segera bisa memindahkannya ke SLB C. Tahu sendiri kan? tuna netra,tuna rungu,tuna wicara,tuna daksa atau bahkan tuna asmara, saya pikir masih bisa diterima sebagai calon pengajar sekolah luar biasa, namun kalau tuna grahita? tunggulah sampai Allah mengizinkannya. tes ini tidak terlalu melelahkan, hanya saja proses menunggunya yang sangat melelahkan. bagaimana tidak? berangkat ke kampus jam tujuh, selesai kuliah jam sebelas, dan setelah itu harus stay dulu di UNS sampai waktu tes tiba (pukul 15.30-17.30) Sesampainya dirumah saya langsung terkapar lelah. Lalu tanpa diduga-duga, Hand Phone saya berbunyi "tok tok tok" ada pesan, ternyata SMS dari Mas Modus..eh, Mas Dika maksudnya. Dia ini senior saya di FKIP yang hinggap di prodi Pendidikan Bahasa Inggris yang sedang getol-getolnya menyusun skripsi, skripsinya nggak jauh-jauh dari kehidupan anak disable, makannya kami bisa kenal "baik".Pada awalnya saya pikir SMSnya berisi hal-hal seputar permodusan yang memang sudah menjadi kebiasaannya sejak lahir, namun kali ini tidak, saya  terharu. Pesan tersebut berbahasa inggris yang sepatah dua patah kata saya tahu maksudnya "Kamu saya undang untuk datang ke SLB A besok jam 9 pagi" Wajah pesakitan saya tiba-tiba meluncurkan senyum manis yang kurang lebih serupa dengan senyum para member JKT48. Ruang imaji saya kemudian menghempas pesat membayangkan anak-anak kecil yang sedang bermain di sekolah luar biasa itu! "pasti imut-imut!" kata saya semangat. saya ini bukannya pedofil (mungkin iya, tapi dikit) tapi saya begitu menyayangi anak-anak. sampai-sampai sering kali saya merengek pada Bapak dan Ibu supaya dibuatkan adik lagi, tidak tanggung-tanggung saya mengajukan permintaan lima adik sekaligus pada mereka berdua, dan reaksi mereka hanya saling berpandangan dengan ekspresi yang tidak saya mengerti. Saya begitu menyayangi anak-anak sampai-sampai kalau ada anak yang minta magnum dua biji sekaligus pasti langsung saya belikan (walaupun ngutang) dan saya sayang anak-anak sampai-sampai cita-cita saya kelak adalah melahirkan tujuh orang anak! Itulah mengapa saya girang sekali setelah membaca pesan singkat dari mas Dika. Setelah itu saya mandi dan langsung terbang ke mini market untuk membeli dua bungkus permen susu untuk dibagi-bagikan pada anak-anak esok hari.
           Hari H pun tiba, kami berdua sampai di SLB A sekaligus C, tempat Mas Dika biasa observasi untuk  bahan skripsinya, Mas Dika ternyata sering membantu mengajar bahasa inggris untuk anak-anak tuna netra disini. Lumayan  juga ya, ini mas-mas, ayo silakan yang berinat silakan hubungi saya, nanti saya kenalkan.
Ketika itu ternyata anak-anak kelas satunya sedang beristirahat,Mas Dika mengenalkan diri saya pada mereka, seorang anak perempuan secara spontan meraba telapak tangan saya, tangannya sangat kasar untuk anak seusianya. Dia bertanya pada mas dika “Sopo iki?”—“siapa ini” lalu mas dika menjawab “mbak opie” saya hanya tersenyum,sedikit canggung. Ini pertama kalinya saya berada di situasi yang entah apa judulnya. Inikah cara seorang tuna netra mengenali orang lain? Dengan meraba telapak tangan orang itu? dengan menghafal setiap lekukan-lekukannya? Hebat. Saya takjub. Lalu tiba-tiba seorang gadis kecil yang lebih muda juga datang menghampiri kami, gadis ini langsung lengket dengan Mas Dika,dia merengek padanya, mengajak bermain ayunan. Mas dika mengiyakan dan meninggalkan saya, saya agak kecewa karena mas dika pergi  meninggalkan saya yang “asing” ini dengan “gadis” lain. tapi kenyataannya mereka sangat welcome kepada saya, jadi perasaan “asing” dapat segera pergi dari benak saya. Saya kemudian mengamati mereka semua. Ya, mayoritas tuna netra, yang tidak hanya Saya dua orang ibu dan seorang anak lelaki kecil berseragam SD hari Senin (padahal hari itu Sabtu) Saya mengingat beberapa nama mereka setelah beberapa kali memperkenalkan diri, ada si Aliya, anak kelas satu yang pemalu, selalu duduk dipangkuan si ibu. Ada juga Christian,anak kelas satu juga. Anak ini istimewa dan sedikit lebih mencolok dari yang lain.  badanya gempal,kulitnya putih,enerjik, ceria dan juga tuna netra tentunya. Setiap orang pasti ingin memeluknya,termasuk saya. Kalau boleh pasti sudah saya bawa pulang dari lima menit yang lalu. Lucunya si chris ini selalu bersama anak lelaki kecil yang berseragam sd hari senin itu, anak ini menurut penglihatan saya sih normal-normal saja,saya lupa bertanya tentang asal-usulnya jadi saya tebak dia ini anak guru yang kebetulan sedang main. Si normal ini selalu mendampingi kemanapun chris berjalan ataupun duduk. ada saja topik yang mereka berdua bicarakan. Benak saya pun nyeletuk “Kalau anak kecil saja bisa menghargai seorang  yang disable, mengapa kita yang lebih berumur tidak mencobanya?”


          Anak-anak itu nampaknya sangat bahagia ketika mendapatkan permen susu yang saya siapkan dari rumah, kalau saja saya dalam keadaan berjualan, bolehlah dagangan saya dikatakan laris manis. Senjata gula-gula ini rupanya mempan juga untuk si “gadis perebut mas dika”,dan setelah itu saya tahu bahwa gadis ini bernama Ira, anak cantik ini menurut informasi dari mas dika, dulunya bisa melihat. sampai pada usianya lima tahun, kebutaan menimpa dirinya karena penyakit kanker mata. Sungguh membuat hati miris bukan? Anak sekecil itu ditimpali cobaan yang sangat luar biasa. pertanyaan dibenak saya, sempatkah dia melihat pelangi? Atau ingatkah dia bagaimana wajah ibu yang melahirkannya? Kembali, saya ingin memeluk erat anak-anak ini, memberinya rasa aman, atau barangkali memberikan guyonan-guyonan kecil agar mereka tertawa. Anak lain yang tak lepas dari ingatan saya adalah A’an, seorang Tuna netra yang sekaligus juga tuna grahita ringan, Anak 15 tahun ini menawarkan saya pulsa “Aku jualan pulsa loh,mau beli enggak?” begitu celotehnya pada saya dengan wajah jenaka, sayapun terpedaya dan tidak bisa menolak “rayuan” lelaki muda ini. mata kiri A’an  agaknya masih bisa digunakan walaupun sangat sulit untuk menggunakannya, layar hand phonenya harus ditempel lekat-lekat terlebih dahulu pada mata kiri, baru ia akan dapat melihat font-font yang tercantum pada hand phone tersebut. saya sendiri membeli pulsa darinya dan juga sekaligus membagi nomor hand phone saya, atas permintaannya sendiri “minta nomor hapemu dong” begitu katanya. Lalu saya iyakan saja, entah digunakan untuk apa, tapi kata mas dika itu adalah bentuk “modus”nya si A’an, dan saya pun terkekeh menanggapinya. Yang tidak kalah menarik lagi adalah Ibnu, si mungil yang tuna grahita. saya tidak tahu berapa usia dan kelas yang didudukinya, sebab setiap kali saya Tanya kamu kelas berapa, dia selalu menjawab “enem”—“enam” dan ketika saya Tanya usia kamu berapa, dia  juga akan menjawab dengan angka yang sama “enem”. Pada awalnya, ketika Ibnu baru menyadari kalau mas dika membawa seorang gadis (saya) si kecil itu menggoda mas dika habis-habisan. Kurang lebih, kalau bahasa ABG ini semacam bentuk sorakan “cieeeeeeeeee”. Anak ini mengira saya adalah pacar mas dika. Kami berdua tertawa dibuatnya, bagaimana bisa seorang anak yang umurnya tidak lebih dari sepuluh yang juga penyandang tuna grahita mengerti hal macam berpacaran?  Ini sungguh luar biasa menurut saya. Over All, hal-hal baru ini membuat saya bahagia. Tak hanya Ibnu dengan kejenakaannya tapi juga karena A’an dengan,kePD’annya, manisnya Ira dan Mas Dika yang tak terpisahkan, indahnya hubungan Christian dan anak kecil berseragam SD hari Senin dan seluruh anak-anak disana yang jago berjalan tanpa harus melihat. Saya pun percaya bahwa masih banyak orang-orang yang luar biasa diluar sana, yang tidak hanya luar biasa secara fisik, tetapi juga luar biasa hatinya. Semangat mereka yang juga luar biasa membuat saya malu akan keberadaan saya yang bahkan masih suka malas-malasan ikut kegiatan kampus yang jelas-jelas bermanfaat juga bagi saya. Atau susahnya saya kalau harus membuka mata lebar-lebar ketika ada mata kuliah yang membosankan, padahal kemampuan melihat itu adalah nikmat yang sangat luar biasa. Dan ketika otak saya tidak saya gunakan secara maksimal untuk berpikir, padahal masih banyak saudara-saudara kita yang tuna grahita tapi tak henti-hentinya melatih diri.  Kunjungan singkat ini membuat saya malu sekaligus bahagia. barangkali moment ini akan saya ceritakan pada orang lain, agar mereka juga mencintai kekhususan, seperti halnya saya.

Sunday, October 7, 2012

Why I Choose Special Education (part2)

            Jadi, haruskah saya bahagia? saya sudah diterima dijurusan yang tidak saya inginkan (walaupun telah saya pilih) saat ditanya kenapa saya memilih pendidikan khusus, secara personal saya akan menjawab : karena saya suka anak-anak (bukan pedofil) saya ingin suatu saat nanti bekerja dikelilingi anak-anak. Itu adalah salah satu dari banyak impian saya. Permasalahannya lebih kepada pandangan orang tentang program studi ini (pendidikan khusus) komen Bude saya misalnya "Jurusan kok PKH to nduk?" dengan nada super pesimis.  Kalo nenek saya yang sudah sepuh ngendikan "PKH ki ngulang cah idiot-idiot iku ta nduk?"-"PKH itu yang mengajar anak-anak idiot itu ya nak?" sambil memamerkan gusi-gusi dimulut beliau. Atau ada senior saya bilang "Masuk PKH itu mau jadi apa?" lalu dia tertawa, malahan ada yang sempat komentar "Tampang lu tu tampang desain, mana pantes jadi guru, apalagi guru SLB"  komentar-komentar tersebut sempat membuat saya merasa tidak kompeten sebagai manusia,gundah setiap hari saya rasakan. apalagi melihat teman-teman saya yang lain, ada yang kuliah di fakultas ekonomi, kedokteran, teknik, fisip,dsb. "lalu apa sih jurusan PKH? "  saya meremehkan diri saya sendiri.
Namun, saya punya kalimat logis untuk menampik semua prasangka tersebut. entah dari mana saya dapat ini, tetapi bunyinya cukup bagus : "kalian membenci sesuatu hanya karena kalian belum mengenalnya dengan baik". YA. Saya belum mengenal pendidikan khusus, kalau saya mengenalnya dengan baik maka saya yakin saya akan menggandrunginya,saya akan mencintainya! lagipula, sejak kapan saya "mengkonsumsi" komentar orang lain begitu saja? Seremeh apapun bidang yang kita geluti, kalau kita berusaha dengan baik pasti akan menghasilkan sesuatu yang berarti,saya percaya itu. Selain itu, belum ada kan guru SLB dengan tampang "desain" seperti saya *pd akut* :P
Dan detik ini, ketika saya menuliskan cerita ini,  saya merasa bahagia menjadi seseorang yang akan menggeluti dunia "kekhususan". bodohnya saya ketika saya bilang "gue mencintai sesuatu yang berbeda" tapi dengan pasrahnya berkata kalau prodi PKH itu cupu. Tidak, prodi PKH tidak cupu tapi hanya "berbeda" sesuatu yang saya inginkan selama ini,tetapi saya tidak sadar karena terlalu tenggelam dalam komentar orang yang tidak membangun. Dan ketika saya berdoa agar bisa membahagiakan ibu saya di masa-masa sulit yang lalu,ternyata inilah jawabannya.Raut wajah Ibu berubah dengan cara yang luar biasa ketika saya kabarkan bahwa saya lolos dan masuk PKH,ibu selalu ingin saya menjadi seorang guru, maka jadilah saya sekarang ini.
Dan masalah cita-cita saya menjadi seniman,well... impossible is nothing,right? saya masih 18 tahun, jalan masih panjang kali lebar. Lagipula, seorang seniman pada dasarnya tidak memerlukan keformalan ( dalam hal ini sekolah dan gelar) saya hanya harus mengerjakan apa yang saya suka, menorehkan apa yang saya pikirkan,entah dalam tulisan,lukisan, atau bahkan perilaku (?) Yang harus saya lakukan hanya menjadi diri sendiri.
Di lain hal. Melihat anak-anak spesial ini tertawa, Membagikan kertas-kertas lipat,mengajari mereka origami, mengajari mereka menggambar dan membagi sedikit humor segar dipagi hari, adalah hal lain yang saya nantikan.

Sunday, September 30, 2012

Why I Choose Special Education (part1)

          Dahulu kala, saat saya masih duduk dikelas sepuluh,saat saya masih hijau-hijaunya,masih lebih liar dari sekarang (tapi unyu),dan saat jiwa kelaki-lakian saya masih ada dan sangat kental,  saya nyeletuk ke sahabat saya,Helmi bahwa saya ingin kuliah dijurusan yang berhubungan dengan anak-anak disable,tapi itu hanya celetukan spontan yang tidak pernah saya pikirkan bakal menjadi kenyataan seperti sekarang ini. perjuangan saya untuk mendapatkan universitas memang sangat panjang dan sangat menguji batin saya sebagai seorang manusia (setengah monyet). pada awalnya, saya mendapatkan kesempatan untuk ikut program undangan, pilihan pertama saya adalah Desain Komunikasi Visual mengingat hobi saya adalah menggambar animasi. pikir saya saat itu "Daripada hobi gambar gue cuma gue terapin di kertas kosong, dilembar jawab ujian,dimuka teman sebangku, dan dijidat guru yang lebar, mending gue masuk DKV aja,siapa tau gue bisa nerapin gambar gue di galeri-galeri, atau barangkali desain gue bisa jadi sampul majalah serba-serbi waria edisi 101!"   Tapi kenyataan berkata lain, saya gagal seleksi program undangan. Impian saya untuk hidup di dunia desain kandas, hancur, musnah seperti halnya seonggok daging emprit yang tercabik-cabik  oleh gigi anjing bulukan, ngilu...sedih..galau..dan risau.
Program undangan adalah satu-satunya pengaharapan saya ketika itu,gimana enggak? saya tidak ada persiapan sama sekali mengikuti ujuan tertulis. jangankan les, pegang buku soal-soal SNMPTN saja saya tidak pernah. selain itu, tidak ada kata les dalam kamus hidup saya selama 18 tahun ini,alias saya hampir tidak pernah mengikuti les kecuali saat kelas duabelas saya pernah mengikuti les private akuntansi dengan pengajar guru saya sendiri,itupun saya berhenti ditengah jalan. Prinsip saya : "Sekolah cukup untuk membuat kita jadi pintar,Bimbel cuma ganggu tidur siang"  Berkat jasa prinsip arogan saya itu, saya kelabakan menghadapi kenyataan bahwa saya tidak lulus seleksi undangan,saya harus ikut ujian tertulis, dan saya tidak mengenal sepincingpun materinya! Saya, ketika itu merasa Underpressuredown, dan stress . saya yang simple minded ini terpaksa harus berpikir berat, otak saya berada diluar kapasitas untuk melakukannya. Tapi syukurlah ada Ibuk,Pupung dan Helmi, orang-orang tercinta yang memberikan saya semangat bahwa saya pasti akan berhasil.
               Tibalah saatnya saya harus mendaftarkan diri untuk ikut ujian tertulis, di dalam form saya tulis Ilmu komunikasi sebagai pilihan pertama, tetapi saya tidak kepikiran apa yang akan saya pilih untuk memenuhi kolom pilihan kedua. tiba-tiba saya ingat prodi pendidikan khusus. saya SMS ibu saya untuk meminta doa restu perihal pilihan yang telah saya pilih. lalu saya meminta pendapat pacar saya, Pupung. dia bilang "oke" saya tanya Helmi juga, dia bilang "lo harus jadi orang sabar kalo lo emang mau ke bidang itu (Pendidikan khusus)" lalu saya memantapkan hati. saya FIX memilih dua jurusan itu. 
memang benar ketika itu saya punya waktu kurang lebih dua minggu untuk belajar,tapi waktu yang saya benar-benar gunakan untuk belajar tidak lebih dari seminggu. selebihnya? selebihnya saya habiskan waktu saya untuk menikmati kesedihan,kegagalan,dan kenyataan bahwa saya ini pecundang. lalu pada akhirnya saya bisa moving on. Kuncinya adalah saya selalu berdoa kepada Tuhan, agar bisa membahagiakan orang-orang yang saya cintai apapun yang terjadi pada masa depan saya, terutama membahagiakan ibu. itulah doa saya, doa yang terus saya ucapkan ketika menyembah Gusti. Ketika hari H tiba, saya mengerjakannya dengan lancar, kecuali pada soal-soal matematik yang sebijipun tidak saya sentuh. kalian tahu? saya benci angka, tidak suka menghitung, benci menggaris, cinta lengkungan, dan lebih suka sesuatu yang dinamis,berubah,berkembang, baik konkret ataupun abstrak. semua soal mat tak saya ambil pusing, yang terpenting saya sudah melalui ujian.
                Tibalah saat pengumuman, saya ketika itu menyibukkan diri mengurus rumah,semacam "mbabu" dengan mengepel,mencuci,menyapu,mencabuti bulu ayam tetangga DLL. saya rasa itu hal yang paling tepat agar saya lupa "panik" tapi entah kenapa ketika itu hati saya teneng-tenang saja, tidak seperti saat saya menunggu hasil pengumuman program undangan, ngupilpun saya deg-deg'an dan tidak tenang. setelah saya cek diinternet, ternyata memang benar saya lolos (Alhamdulillah) feeling memang tidak berbohong, tapi bukannya diterima di program studi ilmu komunikasi,saya ternyata diterima di program studi Pendidikan khusus di UNS. perasaan saya bercampur antara sedih dan bahagia. sedih karena karena tidak diterima dipilihan pertama, bahagia karena saya lolos!