Sunday, October 7, 2012

Why I Choose Special Education (part2)

            Jadi, haruskah saya bahagia? saya sudah diterima dijurusan yang tidak saya inginkan (walaupun telah saya pilih) saat ditanya kenapa saya memilih pendidikan khusus, secara personal saya akan menjawab : karena saya suka anak-anak (bukan pedofil) saya ingin suatu saat nanti bekerja dikelilingi anak-anak. Itu adalah salah satu dari banyak impian saya. Permasalahannya lebih kepada pandangan orang tentang program studi ini (pendidikan khusus) komen Bude saya misalnya "Jurusan kok PKH to nduk?" dengan nada super pesimis.  Kalo nenek saya yang sudah sepuh ngendikan "PKH ki ngulang cah idiot-idiot iku ta nduk?"-"PKH itu yang mengajar anak-anak idiot itu ya nak?" sambil memamerkan gusi-gusi dimulut beliau. Atau ada senior saya bilang "Masuk PKH itu mau jadi apa?" lalu dia tertawa, malahan ada yang sempat komentar "Tampang lu tu tampang desain, mana pantes jadi guru, apalagi guru SLB"  komentar-komentar tersebut sempat membuat saya merasa tidak kompeten sebagai manusia,gundah setiap hari saya rasakan. apalagi melihat teman-teman saya yang lain, ada yang kuliah di fakultas ekonomi, kedokteran, teknik, fisip,dsb. "lalu apa sih jurusan PKH? "  saya meremehkan diri saya sendiri.
Namun, saya punya kalimat logis untuk menampik semua prasangka tersebut. entah dari mana saya dapat ini, tetapi bunyinya cukup bagus : "kalian membenci sesuatu hanya karena kalian belum mengenalnya dengan baik". YA. Saya belum mengenal pendidikan khusus, kalau saya mengenalnya dengan baik maka saya yakin saya akan menggandrunginya,saya akan mencintainya! lagipula, sejak kapan saya "mengkonsumsi" komentar orang lain begitu saja? Seremeh apapun bidang yang kita geluti, kalau kita berusaha dengan baik pasti akan menghasilkan sesuatu yang berarti,saya percaya itu. Selain itu, belum ada kan guru SLB dengan tampang "desain" seperti saya *pd akut* :P
Dan detik ini, ketika saya menuliskan cerita ini,  saya merasa bahagia menjadi seseorang yang akan menggeluti dunia "kekhususan". bodohnya saya ketika saya bilang "gue mencintai sesuatu yang berbeda" tapi dengan pasrahnya berkata kalau prodi PKH itu cupu. Tidak, prodi PKH tidak cupu tapi hanya "berbeda" sesuatu yang saya inginkan selama ini,tetapi saya tidak sadar karena terlalu tenggelam dalam komentar orang yang tidak membangun. Dan ketika saya berdoa agar bisa membahagiakan ibu saya di masa-masa sulit yang lalu,ternyata inilah jawabannya.Raut wajah Ibu berubah dengan cara yang luar biasa ketika saya kabarkan bahwa saya lolos dan masuk PKH,ibu selalu ingin saya menjadi seorang guru, maka jadilah saya sekarang ini.
Dan masalah cita-cita saya menjadi seniman,well... impossible is nothing,right? saya masih 18 tahun, jalan masih panjang kali lebar. Lagipula, seorang seniman pada dasarnya tidak memerlukan keformalan ( dalam hal ini sekolah dan gelar) saya hanya harus mengerjakan apa yang saya suka, menorehkan apa yang saya pikirkan,entah dalam tulisan,lukisan, atau bahkan perilaku (?) Yang harus saya lakukan hanya menjadi diri sendiri.
Di lain hal. Melihat anak-anak spesial ini tertawa, Membagikan kertas-kertas lipat,mengajari mereka origami, mengajari mereka menggambar dan membagi sedikit humor segar dipagi hari, adalah hal lain yang saya nantikan.

No comments:

Post a Comment